A Half-Brilliant Mind

...Saya ingin menjadi orang hebat selagi sempat...

Golf Balls (Repost)

Apa sih esensi dari perjalanan hidup kita sampai sekarang ini?
Apa sih prioritas dari hidup lo? Duit? Jabatan? Keluarga?
Jangan sampe prioritas yang lo pilih itu mengorbankan sesuatu yang ternyata lebih penting.

Gw mau share aja, tapi ini jelas-jelas bukan gw yang nulis lah. Ngga mungkin tulisan gw sebagus itu. Kayaknya sih kalo di antara orang-orang Indonesia, artikel ini kurang beredar deh. Tapi semoga yang gw share di sini bisa dijadiin bahan renungan. So check this out!

When things in your life seem, almost too much to handle, When 24 Hours in a day is not enough, Remember the mayonnaise jar and 2 cups of coffee. A professor stood before his philosophy class and had some items in front of him. When the class began, wordlessly, He picked up a very large and empty mayonnaise jar And proceeded to fill it with golf balls. He then asked the students, if the jar was full. They agreed that it was. The professor then picked up a box of pebbles and poured them into the jar. He shook the jar lightly. The pebbles rolled into the open Areas between the golf balls. He then asked the students again if the jar was full. They agreed it was. The professor next picked up a box of sand and poured it into the jar. Of course, the sand filled up everything else. He asked once more if the jar was full. The students responded with a unanimous 'yes.' The professor then produced two cups of coffee from under the table and poured the entire contents into the jar, effectively filling the empty space between the sand. The students laughed. 'Now,' said the professor, as the laughter subsided, 'I want you to recognize that this jar represents your life. The golf balls are the important things - family, children, health, Friends, and Favorite passions – Things that if everything else was lost and only they remained, Your life would still be full. The pebbles are the other things that matter like your job, house, and car. The sand is everything else --The small stuff. 'If you put the sand into the jar first,' He continued, there is no room for the pebbles or the golf balls. The same goes for life. If you spend all your time and energy on the small stuff, You will never have room for the things that are important to you. So... Pay attention to the things that are critical to your happiness. Play With your children. Take time to get medical checkups. Take your partner out to dinner. There will always be time to clean the house and fix the disposal. 'Take care of the golf balls first -- The things that really matter. Set your priorities. The rest is just sand. One of the students raised her hand and inquired what the coffee represented. The professor smiled 'I'm glad you asked'. It just goes to show you that no matter how full your life may seem, There’s always room for a couple of cups of coffee with a friend.'

 Please share this with other "Golf Balls" ,you'll alwayz be my special golf ball even if we fight n i loose..

Cerita menarik sekaligus menyejukkan. ^_^

3 Kata Sederhana, Bermakna Luar Biasa

Ada 3 kata di hidup gw yang paling bermakna. Bisa tebak? "I love you"?, "I Need You"?, "I heart you"? halah.. itu mah si SM*SH ya.. Tapi apa sih 3 kata beruntung yang udah gw pilih itu? Hehehe..

3 kata itu adalah MAAF, TOLONG, dan TERIMA KASIH.
Sebenernya 2 di antara 3 kata itu sangat gw camkan untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari. Sampai akhirnya gw tersadar masih ada satu kata lagi. Gw termasuk pengguna Twitter. Gw follow @apriliokevin alias Mas Kecin (Kalo bingung kenapa jadi Mas Kecin, silakan tanya kepada teman saya Karina Kurnia Dewi. Dia-lah yang mencetuskan ide "Mas Kecin" itu. kalo ada yg bilang "Kecin" itu singkatan dari "Kevin Cinta", tolong abaikan karena seyogyanya mereka salah mengartikan,hehe). Karena gw follow mas kecin itu-lah akhirnya gw follow papanya, Addie MS. Menurut gw, dia itu adalah tipe orangtua yang ideal. Visinya bagus. Anyway, tadinya gw hanya camkan 2 kata,yaitu MAAF dan TERIMA KASIH. Sampai pada akhirnya Om Addie nge-tweet, kurang lebih isinya begini, "..seorang anak harus diajarkan untuk mengamalkan 3 kata. MAAF, TOLONG, TERIMA KASIH". Dalam hati gw membatin, "Oh iya ya, masih ada kata TOLONG".

Sedari kecil, sebenernya nggak pernah tuh gw diajarin secara spesifik harus minta maaf, berterima kasih, atau hal-hal baik lainnya. Ortu gw diplomatis. Terserah gw maunya apa, tapi gw mesti bertanggung jawab terhadap apa yg gw lakukan dan perbuat, termasuk tentang sikap. Gw terlahir di keluarga Jawa yang ngga Jawa2 banget, tapi sopan santunnya masih njawani banget. Jadi gw ngga tau pembentukan sikap yg ada di gw sekarang dipengaruhi sama apa. huhh.. Anyway, gw punya koleksi 3 kata itu untuk menjalani hidup sehari-hari, dan itu gw tanamkan baik2 sampai sekarang.

MAAF.

Gw ngga tau persis kapan gw mulai suka dengan kata ini. Menurut gw, maaf itu punya arti yang mendalam banget. Prinsip gw adalah lebih baik gw yang minta maaf sama orang lain duluan daripada nungguin orang lain minta maaf ke kita. Rasanya adem banget kalo udah denger kata maaf. Bahkan orang-orang juga suka bingung kenapa sih gw minta maaf, padahal gw sebenernya ga ada salah apa-apa. Itu tandanya gw sadar udah ikut andil dalam suatu kesalahan. Ketika orang mengucap maaf, kita harus lapang dada menerimanya. Tapi kalo kita yang harus mengucap maaf, segeralah diucap karena kata maaf itu membawa kebaikan. Bukankah begitu? Bagi gw, indikator orang yang hebat dan berbesar hati adalah orang yang berani mengakui kesalahan dan minta maaf. Menurut gw, orang yang ngga berani minta maaf itu adalah orang yang pengecut, ngga punya jati diri. Apalagi kalo si orang itu beraninya cuma nitip minta maaf alias minta maaf lewat orang lain. Minta maaf itu harus langsung ke orang yang sudah kita rugikan, berani tanggung jawab atas segala kesalahan. Setidaknya, sebisa mungkin gw berusaha untuk amalkan dalam hati dan perbuatan.

TERIMA KASIH.

Kenapa kita harus berterima kasih? iya, itu suatu kewajiban kok. kalo kita habis ditolong, atau merasa diuntungkan oleh seseorang, ya harus berterima kasih lah. Seneng kan kalo kita udah ditolong. Masa' untuk sekedar berterima kasih aja ngga mau. Dari kecil pastinya kita dididik untuk hormat dan menghargai orang lain. Berterima kasih adalah salah satu bentuk dari rasa hormat itu. Karena dengan kita berterima kasih kepada mereka (yang mungkin sudah menolong kita), itu merupakan suatu penghormatan yang amat sangat. Bagi gw, kalau berterima kasih ke seseorang itu adalah tanda bahwa kita sangat menghargai mereka. Luar biasa arti kata terima kasih itu sendiri.

TOLONG.

Nah, kata inilah yang sebenernya belom banyak gw pakai di kehidupan sehari-hari. masalahnya, gw itu gengsian banget. Itu lah jeleknya gw. Gw itu orangnya lebih cenderung bossy, tukang nyuruh-nyuruh. kalo kata orang-orang, gw cocok jadi bos. hehe. Oleh karena itu, gw sering "minta tolong" (baca: nyuruh) dengan cara yang kurang sopan. Dalam artian, gw ngga selalu bilang, "Tolong bantu gw ya bla bla bla". Gw lebih sering, "Eh, sini dong.. Ambilin itu dong".. Kurang sopan memang. hehe. Itulah sebabnya gw pengen melatih untuk lebih sopan dalam bertutur kata, meskipun kebanyakan orang bilang gw udah sopan sesopan-sopannya.

Itu baru 3 kata. Masih banyak kata-kata lain yang mungkin juga punya arti yang luar biasa di hidup kita. Biasakanlah untuk ngomong, "Maaf ya, tadi gw yang salah.. bla bla bla", atau "Makasih ya, tadi udah nolongin gw..", atau "Tolong bantu gw kerja ini itu ya".. begitulah seterusnya. Orang harus membiasakan diri berbuat baik ke orang lain. Selalu senyum, salam, sapa kepada temen-temen atau orang yg sering kita temuin itu baik. Orang yang baik itu relatif.

Bagi diri gw pribadi, orang baik itu adalah orang yang ngga pernah bertindak ngeselin ke orang lain, ngga pernah ngomong kasar dan berbagai macam kata2 kebon binatang, membawa pengaruh positif bagi orang lain (misal: jadi rajin, jadi alim, jadi murah senyum, etc etc). Gw pengen bisa jadi orang yang bisa nyenengin orang lain, menghargai orang lain. Sejauh ini, usaha gw terbatas banget. Kadang gw suka tanya-tanya ke orang sekitar, ke temen-temen sendiri misalnya, "Gimana tadi acaranya bla bla bla..", atau "Selamat ya bla bla bla", atau "udah nyampe rumah, pulang jam brp?". Agak basa-basi dan icam alias ikut campur nampaknya. But seriously, itu karena gw pengen menghargai orang-orang di sekeliling. Gw (mudah-mudahan) bisa hormat ke orang-orang sekitar. mengingat gw sendiri adalah orang yang suka gengsi mengakui keunggulan orang lain maka lebih baik gw memuji atau memulai dengan hal-hal yang sederhana.

Mulai dari 3 kata itu. maaf, tolong, terima kasih :D

Signature
Arrum Dyah

Rekap 2010 & Charge 2011

My blog is lack of updates.. Begitulah ketika saya selalu membuka blog saya sendiri. Saya nggak pernah nulis blog lg sejak postingan sblm ini yg menurut saya agak kontroversial (sekali lg menurut saya loh). Jujur aja, saya bukan tipe orang yg gampang nulis blog. Saya baru bisa nulis blog kalo ada hal-hal yang menurut saya fenomenal, di luar dari biasa, dan sungguh luar biasa di hidup saya.

Tahun 2010 memang sudah lewat. Hampir 3 bulan sudah kita menjalani tahun 2011 sekarang. Entah kenapa, 2010 bukan tahun yg spesial buat saya. Mulai dari tahun barunya, sampai pergantian tahun 2011. Ulang tahun saya di tahun 2010 nggak spesial (tapi emang ngga pernah spesial sih). Bahkan saya beli kue pake duit sendiri, tiup lilin sendiri, dan makan kuenya juga sendiri aja, padahal kuenya gede. Miris yaa.. Walaupun bisa dibilang sangat miris, tahun 2010 juga sebenernya ajang buat saya untuk mengubah diri. Mengubah diri untuk berpikiran dan berpandangan lebih dewasa dari yg sebelumnya, walaupun pada akhirnya saya "kesandung" juga. saya "kesandung" karena ternyata ngga bisa menjadi apa yg saya harapkan untuk diri sendiri. Saya malah jadi "musuh" buat orang lain karena satu hal. Saya tau orang lain heran sama saya karena ngga seperti saya yang biasanya.

Juni 2010, luar biasa bagi saya. Saya punya pengalaman baru, bertemu dengan orang-orang yang luar biasa pula. Agustus 2010, hebat. Pengalaman ngebolang di Bandung lumayan oke. Di bulan ini juga, mungkin menjadi bulan Ramadhan saya yang paling tidak Islami ke-2 setelah Ramadhan 2008. Tapi, di Ramadhan inilah dimulai babak baru dalam kuantitas ibadah saya berubah sekian derajat menuju (insya Allah) ke arah yg lebih baik. Dimulai dari Agustus ini pula, saya udah mulai "kesandung". Bahkan sampai sekarang saya masih merasa kesandung. November 2010, a little happiness came to me. Sempet liburan ke Thailand adalah anugrah banget di tahun itu. Wawasan saya bertambah. Alhamdulillah.

Saya merasa udah lebih matang ngadepin berbagai hal. Mulai dari meredam emosi kalo lagi berantem, sampai bisa menerima kenyataan bahwa kakak saya sudah memiliki suatu pilihan untuk masa depannya. Sebagai adik, dulunya saya suka sebel ngeliat kakak saya sendiri udah punya pacar, kali aja bentar lagi tunangan, terus nikah. Yaa takut ditinggal alasannya. Setiap orang yang jadi adik pasti ngerasain hal yang sama lah. Tapi saya udah paham sekarang. Ngga perlu lagi deh punya pikiran kayak gitu lagi.

Saya merayakan pergantian tahun 2011 di alam bawah sadar, alias dalam mimpi, alias tidur. It was end of 2010. Di 2011 tentunya saya punya harapan dan ekspektasi lebih untuk mencapai tujuan-tujuan yang saya inginkan. Sebelumnya, banyak kegagalan yang gw capai di 2010, harus diperbaiki di 2011. "Kesandung" yang masih kerasa dari tahun lalu, harus segera diilangin. Ngga tau caranya gimana, tapi nasi sudah menjadi bubur. Semoga saya bisa kembali lagi jadi Arum yang dulu, yang (kata orang2 sih) baik. Sekarang saya sedikit antagonis.

.Arum
2011.

Still a long road, Rum!

Lama banget gw ngga posting blog. Kenapa? Gw sibuk. Gw orang sibuk. Bukannya gw sok-sokan sibuk, tapi emang gw sibuk. Tiap harinya waktu bersantai gw cuma sedikit. Terlalu sedikit. Saat ini, gw lagi UTS.. Kebetulan lagi ada break aja nih menjelang weekend (Fyi, minggu dpn masih ada 3 mata kuliah menunggu untuk di-UTS-kan). Entah gw sebenernya bingung mau nulis apa. Intinya gw lagi pengen nulis-nulis aja. Tapi bener-bener saat gw lagi nulis ini (22 Oktober 2010, which is hari ultah bokap gw juga), tepatnya sekitar pukul 8 malem, tiba-tiba seorang temen gw sms, "I'm not single anymore".. Yap, kebetulan ada sms masuk kayak gini, berarti secara resmi gw mengangkat topik ini ke dalam postingan blog gw.

Ya, ada 2 orang temen gw (lebih tepatnya 4 orang karena 2 pasang itu semuanya temen gw) yang jadian dalam waktu yang hampir berdekatan, yaah beda beberapa bulan sih. Dan mereka jadian di tanggal yang menurut gw istimewa.. *not published why this was so special*. Apa pun keputusan kalian, what to do or not to do (seperti proses kebijakan publik) gw dukung sepenuhnya, asal jangan lupa pesen gw yaa.. (kalo ngga ngeh pesen gw apa, tolong diinget-inget).

Seperti sebelom-sebelomnya gw pernah tulis di blog, gw takut yang namanya ditinggal keluarga dan temen. Saking takutnya, gw itu takut kalo ada temen jadian. No, bukan takut dalam artian "Aduh, gw masih single,, kok ga dapet-dapet jodoh yaa", bukan.. sama sekali bukan itu arah yg gw maksud.. Gw happy dengan keadaan gw saat ini meskipun single dan idup lempeng-lempeng aja. Mungkin karena target gw beda dari yang lain kali yaa.. Saat orang-orang ngalamin sindrom duapuluh, otak dan pikiran gw masih ngawang-ngawang aja mau jadi orang sukses. Saat orang-orang udah punya pacar, target gw masih 3 - 5 tahun ke depan. Ketakutan saya di sini berarti, saya bukan prioritas lagi bagi mereka. Oke, mungkin ini agak lebay ya, hehe. Secara fisik, memang masih berteman seperti sedia kala. tetapi secara emosional mungkin bakalan ada sedikit perubahan. kalo mau dilebay-lebaykan lagi, ibarat udah kenal sekian taun, kayak baru kenal sekian bulan.

Mari-mari kita telaah lebih lanjut. If there's, top 5 priorities from a human, they'd be.. (Allah SWT + other creatures)
- God >> Allah Maha Kuasa
- Their own parents
- Their own siblings and big families
- Their very very best friends
- Their ordinary friens

Oke, itu adalah menurut Arum seorang dan katakanlah se-oke apa pun gw, gw hanya berhasil menempati urutan ke-5, yaitu "their ordinary friends", ada di urutan ke-5. Tapi, ketika ada kata "pacar" dalam hidupnya, pasti urutan yg ke-5 itu akan bergeser ke urutan yg ada di bawahnya. I'm not even in their top 5 priorities anymore. Tapi gw ngga akan protes. Gw ngga ngerasain hal itu kok *tenang kawan-kawan*. Gw cuma takut. Ada kalanya dulu sering seseruan bareng, tapi ada kalanya sekarang udah berubah jamannya, mungkin sesuai dengan pertambahan umur *mungkin*. Ini apa sih, intinya gw takut tua, hahaha.

Teman-teman sebangsa dan setanah air, ada kalanya kita selalu bersama, dan ada kalanya juga kita tidak selalu bersama. Well, gw ngga nagih apa-apa kok, cuma minta waktunya aja.. Ada yang mau saya rencanain *buat temen-temen saya yang baca ini*. Yuk, kita pupuk tali persahabatan dari awal lagi, jgn sampai terputus. Kalo emang mau, insya Allah ini asik kok.

Btw, kalo ada yg baca postingan ini, feel free aja mau komen macem-macem dengan adanya postingan baru ini, apakah gw terlalu egois-kah, apakah gw menjerumuskan suatu hal, apakah gw kurang open minded, apakah gw sok-sok menggurui.. Cukup dengan mencantumkan nama kalian dan alamat email kalian di bagian comment. *Haha, boro-boro.. mending ada yang mau komen*

Clearly, I'm proud of my friends. Kata orang-orang, temen yang baik itu adalah temen yang soleh, yang membawa kita pada suatu kebaikan, temen yang selalu membantu dalam hal kebaikan, temen yang apabila kita lalai maka dia bakal selalu ngingetin kita. Dan bagi saya, temen-temen yang pernah saya pilih mendekati kayak gitu, walaupun ada kurang-kurangnya juga.

So friends, let's have some fun!

Arum,
the-not-best-at-all, dan perjalanan saya masih panjang untuk jadi orang sukses.

Indonesia, Pusaka Abadi nan Jaya

Bagi temen-temen yang aktif di twitter atau rajin browsing-browsing tentang semangat pemuda Indonesia, pasti pada tau yah e-book nya Pandji Pragiwaksono (sebut saja PP) yang judulnya NASIONAL.IS.ME. Btw, gw sedikit terinspirasi tentang tulisan dia yang mengatakan bahwa tadinya dia hidup sangat enak dan nyaman, sampai akhirnya dia kenal dan ketemu apa yang namanya perbedaan strata ekonomi yang sangat amat mencolok.

PP bilang, selama dia lahir di Singapura, playgroup, TK, sampai SD (semuanya swasta), hidupnya sangat berkecukupan. Sampai pada akhirnya ada masalah di keluarga dia dan akhirnya dia masuk SMP Negeri. Dan di SMP itulah (sebuah SMP di bilangan Kebayoran Baru, sebelah kanannya SMP 11, sebelah kirinya kantor pos taman puring *hahaha ketawan banget ini SMP apa*) dia mengenal sebuah kehidupan baru, yaitu kehidupan yang lebih kompleks karena jurang strata ekonomi yang dia ditemukan terasa sangat nyata karena sebelumnya dia ngga pernah tau persis ada hal yang kayak gitu di sekitarnya (karena hidup dia sebelumnya serba berkecukupan).

Gw pengen berbagi juga seperti PP. Mungkin ini tulisan blog gw yang kedua kalinya tentang nasionalisme. Tidak seperti Pandji, bagi gw, hidup di antara berbagai strata ekonomi udah pernah gw lalui sejak gw masih di bangku TK. Gw dulu tinggal di suatu Komplek TNI. Banyak kok anak-anak sepantaran gw yang tinggal di situ, tapi hanya gw dan 2 orang tetangga gw yang bersekolah di TK belakang komplek rumah, sebuah TK Islam yang isinya orang Betawi semua, guru-gurunya juga sangat sederhana dan (gosip-gosipnya) sering kesurupan di kampung *Yes, I’m serious about this, ngga bohong*. Jelas, gw belum mengenal strata ekonomi pada waktu itu. Yang gw tau hanyalah: mereka bukan dari keluarga berada (sori untuk yang ini, gw hanya ingin bercerita). Di TK itu, gw dan 2 orang tetangga gw itu dianggap sebagai yang paling tinggi stratanya di TK itu. Padahal jujur, gw sama aja kayak mereka: suka nangkepin belalang, manjat pohon beringin, naik sepeda sampe kotor-kotoran, dan bahkan sepanjang hidup gw di TK gw habiskan sama mereka. Jelas, gw sih ngga ngerti pada waktu itu, tp cukup tau. Gw tau sejak gw diajak mbak gw untuk main ke suatu tempat. Tempat itu kumuh banget. Sampah di mana-mana, rumah ngga beraturan, anak-anaknya kotor. Kalo ada yang tau, tempat itu ada di antara megahnya Jl. Gatot Subroto dan mewahnya Mega Kuningan. Setiap gw berpapasan dengan anak-anak yang berlarian, pasti salah satunya ada temen TK gw. Waktu gw ke beberapa warung, pasti anaknya ibu warung adalah temen TK gw juga. Profesi orangtuanya hanya tukang warung. Bahkan gw pernah diajakin nyokap juga ke daerah situ untuk cari pembantu, dan akhirnya dapet pembantu dari keluarga salah seorang temen TK gw. Sejak itu, gw tau semuanya tentang susahnya kehidupan temen-temen gw. Gw bersyukur disekolahkan di situ. Gw jadi lebih tau bahwa kita semua sama. Keseharian, kebiasaan, dan sifat gw sama seperti mereka walaupun gw jauh lebih beruntung. Kalo gw ngga sekolah di situ, belum tentu sekarang gw jadi anak UI, belum tentu gw punya pemikiran seperti ini.

Masuk SD, keadaan sedikit berubah. Gw pikir, gw telah menemukan sekolah yang sangat mirip dengan TK gw  dengan anak-anak yang sangat sederhana. Bahkan menurut gw, mereka cenderung bertampang kampung dan banyak yang berambut merah (hehe, sorry to say.. tapi dulu emang tampangnya pada kucel, kalo sekarang sih pastinya udah pada cakep-cakep hahaa). Tapi ada juga kok yang keliatan tajir mampus (hanya 1-2 orang). Menurut gw, gw-lah yang bertampang paling mending, dengan rambut hitam berkilau pastinya *narsis*. Tapi dibalik kekucelan mereka semua, mereka adalah orang yang sangat amat berada. Terlihat dari ibu-ibu mereka yang sering nunggu di sekolahan. Dandanannya menor dan cakep ala ibu-ibu arisan, mereka semua bermobil mewah, beberapa juga punya supir. Pulang jam berapa aja pasti dijemput. Temen-temen gw itu mayoritas emang anaknya pejabat bank. Beda dengan ortu gw yang sekedar PNS sejati (namun selalu mengabdi). Waktu TK, saya dianggap paling “atas”, tapi waktu SD saya dipandang sangat biasa. Sama kayak temen gw yang lain, gw kalo pulang juga dijemput bokap/nyokap, tapi itu cuma sebatas kalo pulang jam 12, pas dengan waktu ortu gw istirahat kantor. Kalo lewat dari jam segitu, gw ga bakal dijemput. Alamat naik ojek deh. Waktu itu gw inget, beberapa temen gw yang emang beruang (is it money or bear? Hehe), banyak cerita dia naik kapal pesiar lah, liburan ke luar negeri lah. Boro-boro gw gitu, yang gw sering certain ada lah kisah gw pulang kampung ke Purwokerto lewat jembatan angker, batal puasa di jalan, dan main di kali. Entah kenapa gw certain itu berulang-ulang ke temen sebangku gw dan sampai sekarang gw ga pernah lagi ke Purwokerto tuh. Temen-temen gw biasanya cenderung lebih suka bertemen sama temen gw yang beruang itu. Gw sih nyantai, mau temenan sama siapa juga ayo, dari yang pindahan dari Amerika sampai yang idupnya sederhana banget bakal gw jabanin. Gw waktu SD itu bertemen dengan yang biasa-biasa aja ngga gimana-gimana. Tapi dari segi kepemilikan, gw memang paling sangat tidak punya. Di saat orang-orang punya tas yang bisa didorong-dorong ada rodanya, gw ngga punya. Bahkan selama 6 tahun sekolah, gw cuma punya 2 tas tetap. Dari kelas 1 sampai kelas 3, gw pake tas warna merah-biru yang masih gw pake terus walaupun udah robek (kelas 4 gw pake tas bekas malah). Dari kelas 5 sampai kelas 6, gw pake tas gratisan hadiah dari kantor nyokap. Tas itu ada tali karet, dan akhirnya karetnya meleleh (kebanyakan kena panas) tapi tas itu gw pake sampe SMP. Di saat temen-temen gw pake sepatu keren-keren banget (nike, adidas, reebok, fila), sepatu gw cuma sepatu Bubble Gummers yang keluaran toko Bata. Cuma sekali waktu gw punya sepatu adidas, itu pun (lagi-lagi) gratisan dari kantor nyokap.

SD gw itu memang unik. Kita memang berbeda-beda, tapi kita sadar bahwa kita semua berteman. Kita selalu main bareng (palingan ada yang suka musuh-musuhan, tapi gw ngga pernah). Bagi gw, temenan sama siapa pun itu berarti. Gw punya temen dan kenalan di setiap kelas, dari kelas 1 sampai kelas 6. Bahkan sama kakak kelas gw pun banyak kenal. SD gw memang luar biasa. Angkatan kakak gw, banyak yang udah jadi calon dokter. Angkatan 1 thn di atas gw, anak-anaknya berprestasi semua, termasuk Mapres Nasional yang namanya Tantia itu (sekarang anak FEUI). Angkatan gw sendiri, yang dulunya tampang kucel rambut merah, sekarang banyak yang udah ngartis. Gw yang dulu paling cakep, sekarang malah berkebalikan (walaupun rambut gw masih item, hahaa).

Masuk SMP, idup gw berubah 180 derajat. Di SMP saya, orangnya borju semua. Segala gadget mereka miliki. Gw ngga punya apa-apa dibanding mereka, gw cuma bermodal otak pas-pasan. Mereka punya mobil mewah, mereka punya supir, gw cuma punya langganan tukang ojek. Mereka punya hp berkamera, discman, bahkan iPod, juga punya album musik band kesukaan mereka, sedangkan gw cuma punya hp yang kayaknya hina banget dan cuma bisa gw banggain karena itu hp pertama yang ringtonenya polyphonic. (Untuk sekarang, toh gw udah punya hp berkamera, walaupun itu alasannya emang utk kebutuhan masa kini. Dan setelah 7 tahun, akhirnya gw punya iPod, tapi toh itu iPod juga gratisan hasil dari emak ikut seminar). Mereka juga rela melanggar peraturan sekolah demi berlomba-lomba keren-kerenan pake sepatu, apalagi sepatu yang buat main basket gitu. Kalo gw mah, mau gw lagi jalan kek, lari kek, main basket kek, main voli kek, sepatu gw tetep satu: converse all-star yang warna item talinya putih, dan pastinya ngga melanggar peraturan. Heran, di SMP itu kayaknya bener-bener gila popularitas dan lomba untuk jadi yang paling gaul, semuaaaa yang bermerek dikeluarin. Seakan-akan gw dipaksa untuk tau bahwa mereka super-woww-tajir. Pernah waktu itu ada temen SMP gw yang udah bisa nyetir, dan waktu itu dia ngajak temen-temen yang super-woww juga untuk bolos pendalaman materi demi melihat bahwa dia bisa nyetir. Biasa aja kaliii, saat itu gw juga udah bisa nyetir tapi nggak segitunya deh (maaf bukannya gw iri, tapi gw keselll banget sama orang ga bisa nyantai kayak gitu). Tapi toh pas mereka pulang ada cerita bahwa mereka ditilang polisi. Ada juga tuh temen gw yang kayaknya bukan dari orang berada (gw lihat di rapot dia tentang pekerjaan orangtuanya). Suatu waktu, dia berkelakukan yang menurut kita aneh dan dia juga jualan sesuatu biar dia dapet uang. Ngeliat dia kayak gitu, temen-temen gw yang super-woww itu langsung ngetawain dia (FYI, mereka nih tau lho si temen gw itu bukan orang berada). Gw yang saat itu lagi bareng super-wowws, cuma bisa diem. What was supposed to be laughed?? Gw melihat hal yang mereka tertawakan itu bukan sesuatu hal yang patut ditertawakan. Mulai dari saat itu, yang tadinya gw lumayan akrab sama super-wowws, gw agak sedikit menjaga jarak. Paling ngga, gw ngobrol yang berguna aja lah ke mereka. Bahkan pernah loh gw merasa “ditinggal” sama salah satu temen baik gw. Tadinya dia biasa aja tapi lama-kelamaan jadi ikut-ikutan super-woww. Tapi akhirnya pas perpisahan SMP, dia nangis-nangis ke gw coba..

Lulus SMP, gw bener-bener lega banget bangetan.. Gw ngga mau liat ke belakang lagi. itu masa-masa SMP adalah masa yang paling Jahiliyah banget di idup gw. Gw mau liat ke depan, gw pengen menatap masa depan dengan segenap kesederhanaan, bukan dengan ke-super-woww-an. Mungkin bener apa kata Yanti, salah satu temen kuliah gw. Gw itu masih kecil, tapi pikiran gw udah dewasa. Di saat anak SD sering musuhan sama temennya, gw berusaha untuk diplomatis aja dengan berusaha untuk ga sebel sama siapa-siapa. Di saat SMP, gw mencibir temen-temen gw sendiri seperti anak SMA yang lagi liat anak SMP (tau kan kalo anak SMA ngeliat anak SMP pasti bawaannya emosi). Di saat SMA, gw melihat segala sesuatu bukan untuk kesenangan.

Masuk SMA, gw sangat bangga akan SMA gw ini. SMA 70. Gw bersyukur punya temen-temen yang baik, senior yang walaupun galak tapi mendidik, belajar berorganisasi, dan yang paling gw kagumin adalah anak-anaknya bandel tapi kalo mereka udah ada niat, pasti pada serius. Ngga nyangka aja misalnya si A kyknya badung banget, tapi akhirnya kuliah di ITB. Gw seneng aja liat para murid, yang mungkin anak SMA lain berpandangan bahwa kami borju, tp kenyataannya tidak. Kami semua kebanyakan anak naik bis, kami sederhana ketimbang super-woww. Anak-anak di sini juga pandai berorganisasi. Semua kompak. Satu anak lagi kesusahan, pasti yang lain solidaritasnya tinggi banget. Contohnya, dulu saya ber-ekskul Paduan Suara. Abis pelantikan, kita semua mesti dapet pin untuk bukti bahwa kita udah anggota resmi. Pin itu dapetinnya susaaaaahhh banget-bangetan. Mesti nyanyi di depan kakak kelas lah, kalo jelek langsung dimarahin, dibentak, disuruh jalan sambil merem, sampai main tarik-tarikan, nego hukuman, semua dijalanin. Kalo ada 1 anggota yang ga bisa datang, kita semua solider dengan menunda dulu untuk punya pin. Jadi ya rela dimarah-marahin kayak gitu. Begitu besar solidaritas yang ditanamkan.

Di saat saya sudah kuliah, tinggal memetik aja hasil dari pendidikan sikap yang saya lalui dari tingkat TK sampai SMA, jadilah saya seperti sekarang ini, yang mungkin sifat buruknya lebih banyak ketimbang sifat baiknya. Tapi paling tidak, saya mendapat suatu pembelajaran dari setiap apa yang saya lakukan. Learning from what we’ve done and what we’ll do. It’s learning by doing. Saya belajar bahwa di Indonesia ini orangnya sangat heterogen, terutama yang paling menjadi jurang adalah strata ekonomi. Memang bener apa kata PP, kita sebagai orang Indonesia pasti kaget dengan kenyataan strata ekonomi. Saya selalu berada di lingkungan sekolah yang strata ekonominya cenderung homogeny (pernah homogen strata bawah, tapi juga pernah homogen strata atas). Namun, ketika ada yang minoritas dalam suatu mayoritas, justru itu sangat akan menjadi jurang. Di kuliah, saya merasa lebih bebas. Yang dulunya saya cukup diplomatis dalam bersikap, sekarang cenderung apa adanya dan let all flow. Gw ngerasa sekarang lah saatnya gw bersenang-senang sembari memotivasi diri untuk lebih baik. Kapan lagi kayak gitu sebelum gw kerja dan (entah kapan) berkeluarga.

Indonesia. Indonesia ngga butuh orang-orang super-woww, seperti anak-anak di SMP saya, untuk menjalani negeri ini. Indonesia lebih butuh orang yang kompak & berprestasi (seperti anak-anak di SD gw) dan tentunya orang-orang yang bersahaja & bersolidaritas tinggi (seperti anak-anak di SMA gw) untuk membantu orang-orang yang seperti yang ada di TK gw. Bukan cuma itu, generasi saya (seumuran saya) dituntut untuk lebih membangun Indonesia. Nasionalisme, itulah yang dibutuhkan. Saya selalu memperhatikan orang-orang yang berbicara tentang negara ini. Mungkin saya masih angin-anginan untuk berjiwa nasionalis, atau bahkan belum termasuk nasionalis. Tapi paling tidak, saya berusaha untuk itu. Perlu ditekankan, saya nasionalis tapi tidak idealis. Saya realistis. Saya ingin bangsa ini maju, tapi saya juga memaklumi keadaan yang tidak terelakkan di negeri ini. Di depan mata udah ada kesempatan untuk jadi generasi emas Indonesia. Sayang banget kalo dilewatin.

Bapak-Ibu saya selalu mengajarkan bahwa kewarganeraan itu penting. Katanya, kalo kita kerja di luar negeri dan mengharuskan kita ubah kewarganegaraan, mending kita ga usah terima kerjaan itu tapi kewarganegaraan Indonesia tetap di tangan. Terserah kalo ada yang tidak setuju. Dari kecil saya sudah ditanamkan “cinta negeri sendiri”. Eyang saya sering bercerita tentang kepahlawanan pejuang negeri ini. Beliau selalu pengen nangis kalo denger lagu Syukur. Katanya inget sama temen-temennya sesama pejuang yang udah meninggal gara-gara berjuang di medan perang, sementara beliau beruntung masih sehat wal afiat sampai sekarang. Banyak bangsa Indonesia yang masih sering menjelekkan bangsanya sendiri. Ibu saya pernah bilang, “Kita ngeliat bangsa sendiri saat kita berada di Indonesia rasanya beda dengan kalo kita ngeliat bangsa Indonesia dari negeri orang”. Ibu pernah cerita, ketika lagi di Jepang, beberapa kali harus 17Agustusan di sana. Pergilah dia ke KBRI. Lagu Indonesia Raya berkumandang, lagu Tanah Air juga dinyanyiin. Ibu saya nangis. Orang lain juga nangis. Mungkin rasanya sama kayak atlet Indonesia menang medali emas di olimpiade atau tim paduan suara Elfa’s Singers nangis waktu jadi juara di Olympic Choir Game. Kalo saya pribadi, jangankan hal kayak gitu, nonton film dokumenter tentang perjuangan bangsa Indonesia aja saya bisa nangis. Saat kita berada di Indonesia, semua tentang negeri ini seakan buruk. Tapi ketika sedang berada di luar, Indonesia itu indah, Indonesia itu luar biasa. Boleh dicoba kalo ngga percaya. Saya sudah percaya.

Saya cinta folklore (termasuk lagu-lagunya), alat musik tradisional khas Indonesia, dan wisata Indonesia. Pokoknya semua budaya Indonesia, kecuali budaya yang mistis dan bertentangan dengan agama. Tentang folklore, saya suka banyak cerita rakyat dan lagu daerah. Khusus lagu daerah, saya suka banget sampai-sampai saya nyimpen partitur lagu-lagu daerah yang pernah nyokap kasih. Emang ngga pernah gw baca, tapi suatu saat gw pengen belajar kalo ada yang mau ngajarin. Makanya sampe sekarang masih gw simpen. Waktu saya jadi anggota paduan suara SMA 70, saya suka banget kalo udah nyanyiin lagu-lagu daerah. Bahkan alasan lagu daerah inilah yang menjadi salah satu alasan saya keluar dari paduan suara Pa**git* karena keliatannya jarang diajarin lagu daerah dan kalo liat track recordnya paduan suara ini, jagonya di lagu-lagu klasik ala Eropa gitu, bukan kategori folklore. Mending cau deh, byee..
Kalo tentang wisata Indonesia, saya belom banyak ke daerah di Indonesia selain Jakarta. Tapi saya bangga kok sama tempat wisata yang ada di Indonesia. Baru cuma denger-denger aja udah kerasa bangga, apalagi datengin beneran. Jujur, bapak saya adalah orang yang kadang-kadang sering ngejelekin Indonesia. Kalo bapak baru ke monument atau tower di negeri lain, pasti monas langsung dijelek-jelekin. Kalo udah nemu transportasi apik semacam MRT (Mass Rapid Transportation) di negeri manaaa gitu, langsung deh ngejelek-jelekin kereta di Indonesia. Saya juga norak sih kalo ketemu kereta atau tower cakep kayak gitu, tapi sungguh saya tidak pernah enak hati dan sekali pun tidak pernah sampai menjelekkan Monas dan sistem perkeretaapian di Indonesia. Itu karena saya realistis. Pernah bapak saya ngejelekin pulau komodo. Otomatis gw cuekin bokap ngomong gitu karena yang gw tau, pulau komodo itu indaaaahh banget. Gw heran, bokap blm pernah kesana tapi bisa-bisanya ngejelekin.

Omong-omong mau tanggal 17 Agustus, saya pengen banget ikut upacara bendera. Terakhir gw upacara bendera adalah saat gw baru masuk kuliah. Gw upacara di lapangan Rotunda UI. Dari dulu sampe sekarang, upacara rutin yang gw laksanakan cuma pas SD dan SMP. SMA udah ngga karena kalo upacara tuh bisa cuma sebulan sekali. Untungnya waktu SMA gw diselamatkan oleh ekskul gw, paduan suara, yang tiap minggu selalu disuruh standby untuk upacara. Jadilah gw hampir tiap minggu bisa upacara. Menurut gw, upacara bendera itu sesuatu yang menyenangkan, bukan mengesalkan. Gw mungkin termasuk orang yang beruntung karena pernah ikut upacara di Istana Negara. Walaupun itu cuma upacara penurunan bendera. Tapi beneran deh, suasananya dapet banget. 3 kali saya kesana waktu masa jabatan Presiden Gus Dur, Megawati, dan SBY. Beberapa tahun terakhir gw udah ngga pernah dateng ke istana lagi karena ngga punya baju cakep untuk kesana. Kalo gw ngga kesana, gw selalu nitip oleh-oleh ke eyang gw entah itu buku aubade (part yang paling gw suka di upacara 17an) atau sekedar goody bag istana negara yang biasanya isinya adalah sembako dan payung beserta piring cantik.

Ke mana pun saya pergi, saya tetap akan kembali ke Indonesia. Itu wejangan dari emak dan bokap. Katanya, tuntutlah ilmu sampai ke negeri seberang, tapi tetep kembali ke Indonesia untuk membangun negeri.

Indonesia, I wanna grow old with you..

Percaya atau tidak, mata gw berkaca-kaca nulis ini, hehe..

my journey to bandung

"yeaay,finally i'm here in bandung. Hari pertama dilewati dgn jalan2 jakarta biasa. Kenapa gw namain kyk gitu? Karena jalan2nya sama kyk di jakarta,haha. Skrg lg hari kedua. I'm on my way to ciwidey,mau ke kawah putih. Hope this is a great day! Rencananya di bandung sampe hari sabtu cuy.."

Ya, itulah kira-kira penggalan beberapa kalimat yang gw tulis via mobile waktu gw berada di dalam sebuah mobil colt (entah apa tulisannya, tp setau gw tulisannya "colt") di Terminal Leuwipanjang, Bandung. Untuk apakah gw berada di sana? mari, gw bagi ceritanya..

Rabu, 4 Agustus 2010
Pagi-pagi niat bangun jam setengah 5, malah kebangunnya jadi jam 5an. Yap, hari itu gw akan berangkat ke Bandung bareng temen-temen (baca: 4 orang temen). Kita naik travel ke Bandung, berangkat dari Melawai. Setelah gw tanya kakak gw kira-kira berangkat jam berapa dari rumah biar nyampe melawai (paling nggak) setengah 9, katanya berangkatnya jam 6an gitu.. wess pagi banget. Akhirnya gw menuruti kakak gw untuk berangkat cepet-cepet. Tapi yaa akibat gw bangun telat dan jam 6 masih aja bongkar-bongkar tas untuk packing ulang, prakteknya gw baru bisa berangkat jam setengan 7 lewat 5 menit. Alhasil waktu keluar dari daerah rumah gw, kakak gw ngomel-ngomel karena jalannya puter balik (gara-gara macet), plus kita ngga boleh masuk ke suatu jalan karena ada mobil lain. Jadilah gw mencak-mencak dan dengan beraninya nunjuk-nunjuk ngga sopan ke mobil yang bernomer polisi anggota TNI itu. Ternyata setelah itu jalanan ga macet.

Gw takut aja telat, secara jalanan emang macet banget. Dugaan salah, akhirnya gw berhasil nyampe tempat travel jam 8, paling cepet. Gw tungguin pada kemana nih ga dateng-dateng. Lucunya, sehabis gw dateng, Tosi & Nanda menampakkan diri dengan baju merah-merah dan gw juga pake baju merah! Beberapa detik kemudian, ada bajaj berenti di samping mobil gw.. Ternyata itu si Mega, dan dia pake baju merah juga! Tinggal Nindi yang belom dateng. Dia pake baju merah juga ngga ya? Yaaahh, ternyata ngga.. Penonton kecewaa.. Kurang kompak deh. Nanggung banget udah pada berbaju merah (padahal ngga janjian sama sekali). Waktu udah pada ngumpul semua, kita langsung bayar travel. Sebelum naik ke mobil, kita gambreng dulu karena posisi duduk di dalam travel agak kurang adil. Biar fair, hom pim pa lah kita. Sial, gw dpt paling belakang di bandingin yg lain, di pojok pula. Mungkin hari itu saya memang sedang sial.

Sampai Bandung, kita mampir dulu ke rumah neneknya Tosi. Jaraknya lumayan deket sama tempat kita turun dari travel. Di sana kita makan siang pake ikan dan ketemu sama sepupunya tosi yang comeelll banget, hehe. Namanya Okta. Kita di sana ngga lama (sebenernya cuma numpang makan siang, hehe), abis itu kita langsung mau ke penginepan di Balitkes, daerah Sukajadi, deket Paris van Java. Sebenernya tadinya mau nginep di hotel bintang 4 di Jl. Riau (ada gratisan), tapi ga jadi karena keadaannya ambigu. Di Balitkes, kita dikasih kamar paling depan. Pas masuk, gw agak gimanaaa gitu. kamarnya sih lumayan (gede dan ada 5 kasur pas buat kita berlima), tapi suasananya itu loh, mistis. Apalagi di kasur yang paling pojok deket kamar mandi. Akhirnya gw menyarankan untuk gambreng biar fair (lagi). Daaaan ternyata gw kedapetan sial lagi. Gw dapet kasur paling pojok itu, haduuhh. Nggak bisaaa banget, tapi gw harus terima kenyataan. Sorenya, kita jalan ke pasar. Entah namanya apa lupa gw. Kayaknya sih pada penasaran mau beli-beli atau cari oleh-oleh. Tapi gw ga cari apa-apalah. Gw pengen ngukur kalo kita pergi dalam suatu trip tanpa beli macem-macem itu jatohnya berapa, pdhl gw pengen banget beli jam. Nyampe malem kita disitu. AGak maleman dikit, kita ke Paris van Java, cari makanan. Kita sampai malem banget di sana. Akhirnya tercetuslah kata-kata yang gw tulis di kalimat awal postingan blog ini: jalan-jalan Jakarta.

Kamis, 5 Agustus 2010
gw semangat.kenapa? karena hari itu kita mau ke Ciwidey, tepatnya Kawah Putih. Tadinya mau ke Tangkuban Perahu aja, tapi dipikir-pikir kalo udah di Bandung sayang juga ngga mampir ke Ciwidey. Akhirnya kita memutuskan untuk ke Kawah Putih. Perjalanannya jauh banget. Pagi-pagi kita berangkat, makan bubur dulu di pinggir jalan. Pas kita baru aja selesai makan, dari jauh keliatan ada bis Damri mau lewat, sedangkan kita baru aja menelan suapan bubur terakhir *lebay*. Akhirnya kita buru-buru bayar dan langsung lari-lari nyebrang jalan untuk ngejar Damri. Ampuunnn deehh.. Kita naik Damri sampai ke Terminal Leuwipanjang. Pas naik Damri aja perjamalanan udah berasa jauh, ditambah panas. Sampai terminal, kita bingung antara mau naik angkot atau naik colt ke ciwidey.. Akhirnya, bertumpuklah kami naik colt sampe ke ciwidey. Perjalanannya pun jauh, pemirsa.. Sampai di Terminal Ciwidey, kita carter angkot sampe ke atas (ke atas mana coba??). Tawar menawar pun dimulai. Katanya harga carter angkotnya 50ribu. Ditawar jadinya 45ribu. Kita setuju. Meluncurlah kita ke atas bukit. Sialnya tuh angkot pake mogok di tengah jalan. Nggak banget deh, akhirnya ganti angkot dengan supir yang sama. Kesialan kita makin berlanjut. Pas udah hampir sampai atas, tiba-tiba ujan. Yaaahh, ga asik banget dong. Masa' ke Kawah Putih ujan? Nggak keliatan dong kawahnya..

Pas udah sampe di kawahnya, yah lumayan terbayarkan sih meskipun ga terlalu keliatan, tp lama-lama keliatan jg kok kawahnya. Emang cakep banget ya pemandangan di kawah putih. Sayangnya gw ga tahan banget sama bau belerangnya. Bentar-bentar batuk, nggak kuat banget deh. Apalagi pas gw diajakin nindi rada ke tengah kawahnya. Duh gilak, uhuk uhuk banget deh. Haddeeeh, langsung sakit tenggorokan lah. Sepulang dari situ (dengan carter angkot lagi) dan kyknya cuma kita doang yang naik angkot, kita berencana utk makan gurame. kata supirnya ada di Terminal Ciwidey. Pas nyampe sana malah ngga ada. Oalaah akaang, laper dong kita. Dan TRAGEDI pun terjadi:
Ternyata biaya carter angkot yg tadi katanya cuma 45ribu adalah untuk perorangan.
Jadi, 45ribu X 5 yaah itung sendiri lah berapa yaa. Tragis sekali..
Kita pun menangis sedih *lebay". Tentunya menangis dlm hati. habislah uang kita. Tadinya mau makan gurame yg harganya agak mahal, jd turun tahta karena uang abis. Kesel bukan main. Nanda apalagi tuh, niat baik beliin stroberi buat abang angkotnya, tp ternyata malah rugi di kita, huhuu..

Alhasil, kita cuma makan nasi pake ayam goreng + tahu. Untungnya murah. Tapi ya tetep sedih. Gw berusaha untuk menghibur yang lain *sok baik*. Dan rencana yg tadinya kita mau ke lembang pun gagal di hari itu karena udah kesorean banget. Kalo yg ini kyknya gw paling sedih. Gw suka banget sama wisata alam. Rasanya ngga afdol banget kalo ngga ke lembang. Gw pun menutup angan-angan ke Lembang. Pulangnya kita luntang lantung karena udah ngga nyaman banget keringetan segala macem. Beli-beli martabak dulu buat makan di penginepan. (tapi gw lupa yang beli martabak hari ini atau besoknya yaa.. Yg beli McD tuh kapan lagi yak..)
Kseimpulan pada hari itu: Gw dan temen-temen sempet seneng hari itu, tapi mood jadi drop gara-gara carter angkot mahal.

Jumat, 6 Agustus 2010
Hari itu rencana kami adalah belanja barang-barang. Tapi gw ngga liat belanja. maklum, emang ngga suka dan emang lagi ngukur aja kalo jalan-jalan tanpa belanja itu abis duitnya bakal berapa. Pertamanya kita cari sarapan dulu di pinggir jalan. kita makan nasi kuning. Abis itu jalan kaki ke suatu FO. Ehh, gw dapet celana pendek dengan harga murah, walaupun warnanya udah belel gitu. Lumayan laahh.. Abis itu kita ke Jalan Riau. Abis itu ke Dago (pake nyasar naik angkot segala). Ngga ada hasilnya, akhirnya kita ke pasar lagi deh, mau beli oleh-oleh.. Gilak, itu gw bener-bener ajaib bisa bertahan lama di sebuah keramaian. Rekor terlama kyknya berada di pasar se-lama itu. Fyi, gw adalah orang yang ngga tahan kalo banyak keramaian. Bisa-bisa gw kehilangan konsentrasi. Ciri-ciri kalo udah mulai "kambuh" tuh biasanya gw banyak bengong, keliatan capek banget, dan udah ga bisa mikir lagi.

Pulang-pulang kita ngga beli makanan apa-apa. Akhirnya kita pesen McD yang bener-bener ribet banget jelasin alamatnya. Bahkan di struk pembeliannya, ada alamat penginepan sampe nomer kamar penginapannya! hahaha. Malem-malem kita main kartu dengan hukuman dibedakin. (Malem sebelumnya juga main kartu dengan hukuman dikelitikin. Total rekor adalah gw yg semestinya dikelitikin sampe 4 kali, tp temen-temen ngga tega. Apalagi si nindi tuh yang emang udah tau banget ngga enaknya dikelitikin). Abis main kartu, kita semua latian nari Dindin Badindin. Wuaah, kocak. Sayangnya kita belom latian lagi.
Kesimpulan hari itu: gw ngga suka kerumunan banyak orang..

Sabtu, 7 Agustus 2010
Saatnya kami pulaaangg.. Kita beli kue dulu dong ya untuk oleh-oleh kerabat di Jakarta *halah*. Abis itu mampir dulu ke rumah neneknya tosi. Di sana numpang main kartu dulu deh.. Sialnya, travelyang kita pesen telat banget. Nyampe Jakarta pun ngaret dan maceeeettt bangeeett karena abis ujan gede. Untung pas pulang dibeliin Bakmi GM sama emak gw :).

Kesimpulan jalan-jalan di Bandung:
Kita emang kurang terencana, tapi cukup menyenangkan kok buat dijadiin pengalaman. Next time pengen banget ke Jogja, Tidung, Lombok, dll. Sukur-sukur bisa ke luar negeri, hehe..

Tidak Tahu, Memang Saya Begini..

Entah apa yang ada di pikiran orang pas ngeliat atau ngedenger gw ngajak pergi atau ngajak jalan ke tempat yang ngga populer atau we-aren't-supposed-to-be-here banget, tapi menurut gw itu sesuatu yg ngga biasa dan menarik. Mungkin temen-temen gw heran (atau bahkan udah biasa) kalo gw ajakin ke tempat-tempat kayak museum, taman, atau tempat makan yang jarang dikunjungi, atau bahkan gw nekat pergi jauh asalkan judulnya itu adalah gw pergi dan ga di rumah.

Entah kenapa juga gw dari kecil emang suka banget sama yang namanya pergi ke museum. Sedari kecil, emang gw suka banget sama berpetualang. Padahal nyak-babe kagak pernah tuh ngajarin yang namanya pergi jauh-jauh. Tapi, keadaan lah yang membuat saya suka bepergian. Sewaktu SD, kebanyakan teman-teman saya bertempat tinggal di daerah yang jauh. Bayangin aja, SD gw ada di daerah Pancoran, tp mainnya ke cimanggis, bekasi, Halim, dan lain-lain. mau ngga mau. Kalo lagi liburan SD, gw suka nginep di rumah eyang. Alhasil, suka diajak ke tempat-tempat yang (kayaknya sekarang) bakal ga mungkin untuk dikunjungin. Tau Balai Sarbini kan? Jaman dulu, gw pernah manjat-manjat disitu. Dan seperti kebanyakan orang tau, skrg ga mungkin banget bisa ke atap situ. Bisa-bisa diliatin mas2 atau mbak2 kantoran yg lagi makan di Sky Dining. Atau mungkin ada pertanyaan, boleh ga sih orang umum masuk ke gedung DPR? Tapi saya sempet diajak eyang masuk kesitu. kalo sekarang, akses masuknya mah udah susah dan kalo gw kesitu, bisa-bisa langsung diusir karena gw mahasiswa.

Kalo cikal bakal gw suka
museum, sebenernya itu berawal dari Om gw yang emang suka ngajak jalan-jalan bareng sepupu-sepupu gw. Dari kecil udah sering banget diajakin ke Monas (sampe naik ke atas), planetarium, Lubang Buaya, Museum Bahari, Museum Gajah, Museum Keramik dan Seni Rupa, museum2 di TMII, dan museum lainnya yang ada di Jakarta. Udah banyak banget emang, kecuali Museum Fatahillah, dan museum modern macam Museum Bank Mandiri dan Museum BI yang mungkin baru gw kunjungi pas udah di atas umur 15 taun. Ditambah lagi dengan pengalaman kunjungan ke museum-museum di Jogja pas gw sedang berpetualang kesana. Tapi, dari semua museum yang udah pernah gw kunjungin, ada 3 yang paling berkesan, yaitu Museum Fatahillah, Museum Bahari, dan Museum Satria Mandala.

Gw suka banget sama Museum Fatahillah karena gw selama bertaun-taun penasaran banget sama tu museum, walaupun pada akhirnya gw berhasil ke sana waktu jaman SMA. Sebenernya yang berkesan lebih ke Kota Tua-nya sih karena dulu ada pengalaman menarik. Waktu hari lebaran (bener-bener pas hari lebaran), abis ada acara keluarga (sungkem, nyekar ke kuburan, dll), gw bareng sepupu-sepupu gw naik busway (waktu itu busway baru muncul) dari halte Al-Azhar sampe ke Kota Tua cuma untuk bela-belain ke Museum Fatahillah. Udah capek-capek ke sana, ternyata museum pada tutup karena itu hari Senin. Sejak saat itulah gw tau museum tutup kalo hari Senin, dan gw jadi orang yang selalu wanti-wanti jgn hari Senin kalo ada yang mau ke museum. Gw suka dengan Museum Bahari karena perjalanan menuju ke sana menarik banget, pake ngelewatin pasar ikan segala. Terus sampe di sana udah deket sama Pelabuhan Sunda Kelapa, dan gw diajak untuk naik sampan bareng nelayan. Naik sampan cuy, pengalaman yang jarang banget di idup gw. Dan yang paling berkesan adalah Museum Satria Mandala, because it was the very first museum I've visited. Dulu, emak gw nyuruh mbak gw untuk ngajak pergi gw dan kakak gw untuk jalan-jalan. Karena ga ada transport, akhirnya kita disuruh ke Satria Mandala aja. Dari rumah tinggal ke pinggir Jalan Raya Gatot Subroto yang jaraknya ga sampe 500 meter dari rumah dan nyebrang jalan Gatot Subroto lewat jembatan penyebrangan dengan bawa-bawa tiker dan serbet-serbet untuk bawa bekal makan siang (bisa bayangin kan piknik jadul gitu dan entah umur gw berapa. masih keciiilll banget). Dan semua itu berujung dengan gelar tiker di bawah helikopter (koleksi ABRI di museum itu) dan makan siang disitu. Ada lagi cerita yang ngebuat museum itu makin menarik karena waktu SMA gw pernah tubas (cabut) untuk keliling kota naik Busway. Dari kota Tua sampe Benhil, kita jalani dengan sengsara, sampe pada akhirnya gw menyarankan untuk ke Satria Mandala. Dan gw lupa kalo itu hari senin, sedangkan perjuangan gw untuk itu bener-bener wuaaahh banget. Sekarang di umur 20 ini, gw udah berhasil balik lagi ke museum itu dengan kesadaran penuh (udah bisa mikir dan berakal dengan bener, hahaha).

Sekarang gw pengen lagi balik ke 2 tempat, yaitu Lubang Buaya dan Sunda Kelapa. makanya gw sering ngajak temen-temen ke tempat itu, apalagi Lubang Buaya. Tapi sampe sekarang masih belom kesampean. Kalo di Lobang Buaya, gw pengen lebih baca-baca yang ada di sana, biar lebih ngerti sejarahnya karena gw baru menyadari kalo gw tertarik banget sama sejarah G30S/PKI. Kalo di Sunda Kelapa, gw pengen dateng aja ke situ sore-sore pas matahari mau terbenam gitu karena gw sih ngerasa enak banget di situ, sambil liat-liat kapal yang ada di situ, mungkin bisa ngobrol bareng temen-temen juga, soalnya di sana tenang banget suasananya.

Maaf-maaf aja deh ya, kalo gw suka ngajak ke tempat yang mungkin orang agak males u
ntuk ke sana. Contohnya aja kyk ke acara International Kite Festival di Pantai Karnaval Ancol yang baru diselenggarain kmrn2. gw semangat banget pengen dateng krn emang gw baru tau ada acara kayak gini. Gw ajak temen-temen gw, tapi keliatan kok kalo pada ragu-ragu ke sana. Gw aja mungkin yang punya semangat aneh. Walaupun di sana panaaasss bangeettt dan agak-agak sepi karena gw dateng "kepagian", gw sangat menikmati ngeliatin layangan, ditambah gw ikut main layangan yang gw beli dengan harga yang menggiurkan dalam tanda kutip. Overall, layangan itu menyenangkan kok.

Ini foto-fotonya


About Me

My Photo

name: Arum si Ayumi

info: Saya orang, asli Indonesia, Jawa tulen. Tapi dari lahir di Jakarta. Sangat suka akan kesenangan dan kegembiraan. Kegiatan rutin sehari-hari: kuliah. Hobi: browsing internet, nonton berita, makan popcorn, makan pisang, minum kopi, baca bacaan yang berguna, etc etc. Cita-cita saya pengen jadi orang hebat selagi sempat. Semboyan saya: Healthy inside, happy outside.

View my complete profile

About my blog

Blog ini bercerita tentang peristiwa yang terjadi seputar saya dan teman-teman saya. Tidak ada cerita yang lengkap, namun akan selalu terungkap. Karena kisah-kisah ini mudah dicerna dan ditangkap.

8 Ways to be a Legend

Simple.
Humble.
Responsible.
Tolerance.
Commitment.
Loyalty.
Consistency.
Respect Other.

Random Favorites

Indonesia. National Identity. Jazz. Blues. R&B. Classical. Ethnic. Fish to eat. Tenderloin Steak. Basketball. San Antonio Spurs. Liverpool FC. Fernando Torres. Steven Gerrard. Kacang Mayasi. Chiki Balls. Kevin Aprilio. Mountains & Hills. Winter. Singing. Traveling. Books. Movies. GC

Instruments

  • Main: Piano, Guitar
  • Addition: Bass Guitar, Drum

In My Pocket

  • Samsung Galaxy Tab
  • Indosat Broadband 3.5G
  • Nokia E75
  • Canon EOS Kiss X3 / 500D
  • Sony Cyber-Shot DSC-W350
  • iPod Nano
  • Sony Vaio SR13GN
  • Western Digital Harddisk

Pages

Powered By Blogger

Theme designed by